infodarijay.com – Jika kita mundur ke tahun 1970-an, dunia komputer masih terbatas pada kalangan tertentu. Perangkat keras besar dengan kemampuan cetak sederhana menjadi tulang punggung operasional bisnis.
Dari sinilah printer dot matrix hadir sebagai solusi cetak cepat dan efisien. Model 9-pin menjadi salah satu yang paling populer karena desainnya sederhana, tahan banting, dan murah dalam perawatan.
Banyak orang yang tumbuh di era 80-an dan 90-an pasti akrab dengan suara khas printer dot matrix yang berderak-derak saat mencetak struk, faktur, atau laporan panjang.
Walaupun sekarang printer inkjet dan laser mendominasi pasar, masih ada ruang khusus di mana 9-pin printer tetap berjaya.
Secara teknis, printer dot matrix bekerja dengan menggunakan jarum-jarum kecil (pin) yang menekan pita tinta ke kertas, membentuk karakter dan gambar dalam bentuk titik (dot).
Pada model 9-pin, terdapat sembilan jarum yang bergerak vertikal. Kombinasi titik-titik ini membentuk huruf dan angka.
Meski resolusinya tidak setinggi printer modern, metode ini punya keunggulan unik: bisa mencetak pada kertas berlapis (carbon copy).
Itulah sebabnya printer dot matrix menjadi andalan di kantor-kantor keuangan, bengkel, hingga lembaga pemerintahan.
Banyak orang bertanya, kenapa masih ada kantor yang menggunakan printer jadul ini? Jawabannya ada pada fungsi khusus.
Menurut laporan IDC Printer Market Analysis (2023), meski pasar printer dot matrix global menurun rata-rata 7% per tahun, masih ada peningkatan permintaan di sektor logistik, manufaktur, dan perbankan di Asia Tenggara.
Indonesia termasuk negara dengan pemakaian tertinggi untuk printer 9-pin karena sistem administrasi pemerintahan dan rumah sakit masih mengandalkan teknologi ini.
Dari sisi efisiensi energi, printer dot matrix membutuhkan daya sekitar 40–100 watt saat beroperasi, lebih rendah dibanding beberapa model laser printer yang bisa mencapai 500 watt. Jadi selain murah, perangkat ini juga ramah energi dalam jangka panjang.
Banyak orang yang pernah bekerja di kantor pada era 90-an pasti masih ingat suara khas printer dot matrix.
Derak-derak mesin saat mencetak laporan panjang menjadi bagian dari rutinitas harian. Seorang teman saya bercerita, dulu saat bekerja di bank, suara printer dot matrix seperti alarm alami.
Setiap kali bunyi keras terdengar, artinya ada transaksi besar atau laporan akhir bulan yang sedang dicetak.
Menariknya, sampai sekarang pun beberapa cabang bank masih mempertahankan perangkat ini. Alasannya sederhana: lebih hemat dan tetap efektif untuk cetak dokumen internal.
Selain versi 9-pin, ada juga varian 24-pin. Bedanya terletak pada jumlah jarum cetak yang berpengaruh pada kualitas hasil.
Namun, dari segi harga dan biaya operasional, 9-pin tetap lebih terjangkau sehingga lebih populer di banyak kantor kecil dan menengah.
Jika kamu masih membutuhkan printer dot matrix, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli:
Meski dunia bergerak ke arah digital, printer dot matrix 9-pin belum akan benar-benar hilang. Selama masih ada kebutuhan cetak carbon copy, sistem kasir tradisional, dan dokumen multi-layer, teknologi ini tetap punya tempat khusus.
Bahkan beberapa produsen masih memproduksi model baru dengan perbaikan efisiensi daya dan kecepatan cetak.
Printer dot matrix 9-pin mungkin terlihat jadul, tapi perannya belum tergantikan. Dari kantor pemerintah, pabrik, hingga toko ritel, perangkat ini masih jadi tulang punggung operasional.
Murah, awet, dan andal adalah alasan kenapa banyak bisnis enggan beralih ke printer modern. Jadi, meski suara khasnya terdengar bising, justru di situlah letak keistimewaannya.