infodarijay.com – Jika Anda lahir sebelum era 2000-an, kemungkinan besar pernah melihat monitor besar, berat, dengan bagian belakang yang menjorok jauh ke belakang. Itulah monitor CRT, singkatan dari Cathode Ray Tube.
Meski sekarang sudah jarang dipakai, CRT pernah menjadi raja di dunia teknologi tampilan, baik untuk komputer maupun televisi.
Dalam artikel ini kita akan membahas monitor CRT dari awal sejarahnya, prinsip kerja, kelebihan dan kekurangan, hingga bagaimana perannya membentuk perkembangan teknologi monitor modern. Mari kita mulai perjalanan teknologi ini.
Monitor CRT pertama kali dikembangkan pada akhir abad ke-19, dengan dasar dari teknologi tabung sinar katoda. Pada tahun 1897, Karl Ferdinand Braun menemukan osiloskop berbasis CRT yang kemudian menjadi cikal bakal layar tampilan elektronik.
Televisi pertama di dunia juga menggunakan teknologi CRT pada tahun 1920-an, dan sejak saat itu monitor ini mendominasi industri visual selama lebih dari 70 tahun. Hingga awal 2000-an, hampir semua komputer dan televisi rumah menggunakan CRT.
CRT bahkan menjadi simbol kemajuan teknologi pada masanya. Anak-anak 90-an mungkin masih ingat, bermain gim di monitor tabung dengan resolusi 640×480 piksel sudah terasa luar biasa.
Bagaimana CRT bekerja?
Monitor CRT menggunakan tabung hampa yang berisi elektron. Prinsip kerjanya sederhana namun cerdas:
Inilah alasan mengapa layar CRT bisa memberikan gambar yang halus meski teknologinya tergolong sederhana.
Meskipun terlihat kuno, monitor CRT memiliki beberapa keunggulan yang bahkan masih sulit disaingi monitor modern:
Bagi para gamer jadul, CRT adalah pilihan utama karena nyaris tanpa input lag.
Namun tentu saja, ada alasan mengapa CRT akhirnya ditinggalkan.
Seiring meningkatnya kebutuhan akan layar tipis dan ringan, CRT tergeser oleh LCD dan LED.
Sekitar awal 2000-an, teknologi LCD (Liquid Crystal Display) mulai populer. Monitor LCD lebih tipis, ringan, hemat energi, dan mampu menampilkan resolusi lebih tinggi. Tidak lama kemudian, LED menjadi standar baru dengan kualitas gambar lebih cerah dan kontras lebih baik.
Namun, CRT tetap dikenang. Bahkan ada komunitas khusus yang masih menggunakan CRT, terutama untuk bermain gim retro atau menonton film klasik, karena kualitas warna dan refresh rate yang unik.
Bagi generasi lama, CRT adalah bagian dari cerita hidup:
CRT bukan sekadar perangkat teknologi, tetapi juga ikon budaya populer.
Beberapa fakta teknis menarik:
Meskipun jarang, CRT masih digunakan di beberapa bidang:
Di sisi lain, mayoritas penggunaan harian sudah beralih ke monitor LCD dan LED karena lebih efisien dan praktis.
Monitor CRT adalah tonggak penting dalam sejarah teknologi tampilan. Meski kini sudah tergeser oleh layar modern, CRT tetap memiliki tempat khusus di hati para penggunanya.
Teknologi ini mengajarkan bahwa inovasi selalu berjalan, dari tabung besar yang berat hingga layar tipis yang bisa digulung. CRT adalah bagian dari perjalanan panjang manusia dalam mengejar visual yang lebih nyata dan imersif.
Monitor CRT adalah monitor berbasis tabung sinar katoda yang digunakan secara luas sebelum munculnya LCD dan LED.
Karena menggunakan tabung kaca besar dan komponen elektronik yang membutuhkan ruang luas.
Dalam hal warna dan refresh rate, CRT masih unggul. Namun, dari sisi efisiensi dan kepraktisan, LCD lebih baik.
Tidak, sebagian besar pabrik sudah berhenti memproduksi CRT sejak pertengahan 2000-an.
CRT menghasilkan radiasi elektromagnetik, tetapi dalam batas aman. Namun, penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan kelelahan mata.